Karena saya pusing nyari judul, yawes pakai plesetan tagline gawai jadul yang baterainya awet ntuh aja! 😆
Maafkan kalau postingan pertama malah curhatan ga jelas, namanya juga kehidupan.
Ga ngeluh tuh ga asik!
Perkenalkan nama saya Murni, jomblowati yang tahun ini umurnya masuk kepala 3. Iye, secara "kepatutan sosial" harusnya udah nikah dan beranak dua, eyke tau kok! ðŸ˜
Papa saya nikah umur 30 dan mama saya umur 25.. Jadi ya wajar aja kalau orangtua saya udah 'ngributi' saya untuk nikah. Ngomong-ngomong tentang nikah, siapa sih yang ga mau? Well, mungkin ada, tapi saya yakin, deep in your soul, semua orang pasti pengen nikah.
Menikah emang bukan semata urusan hasrat atau biar ada yang nemenin nafkahin, tetapi bagi saya dan mereka yang Muslim, menikah itu tentang menjalankan Sunnah Rasulullah dan menyempurnakan sebagian agama. Tapi, apakah menikah segampang membalik telapak tangan? Atau seperti kata temen saya enih ↷
Nikah sih emang gampang, yang penting..
- ada
yang mau jodohnya, - ada wali/saksi,
- ada penghulu, dan
- ada duitnya
Nah, ntar serah lo dah, mau ijab qabul di masjid/KUA, resepsi di gedung/rumah, bebaaaas!
Yang bikin drama dan termehek-mehek kan justru nyari si lakon utamanya ini, "jodohku ngendi ya?"
Let me tell you my first and latest love story, let's say in January last year, the man that I thought he'd be my soulmate forever, was gone. Puff, literally gone with the wind. Our LDR history for NINE duckin' years was kaput. Bahahaha! Hal pertama yang saya pikirkan untuk menghibur diri adalah, "Ah, Nycta Gina aja pacaran 11 tahun terus putus, eyke mah belum apa-apa." Tapi bok, NG langsung ketemu jodohnya yang suitable dan langsung nikah, lha daku piye kiih? *lanjut galau neh*
Untungnya ga banyak orang yang tau siapa si dia ini (karena pejuang LDR), jadi ya saya ga perlu konferensi pers untuk menjawab pertanyaan wartawan dan netijen yang kepo.. *berasa artis* Tapi sejujurnya sebelum dia ngilang kek setan, saya sebenarnya udah ngerasa ada yang beda. Komunikasi jadi jarang pake banget. Lah, komunikasi tiap hari aja kita sok ga nyambungan, apalagi seminggu sekali. Wakakak, ya tapiii sebagai seorang hopeless romantic yang terbutakan oleh cinta 🙅, pokoknya hajar terus bleh! Toh cita-cita saya kan, menikah dengannya, first love cuy, tergilak-gilak gitu dweh, jadi ya teruske wae. Eee lha kok, preketek!! 💩💨
Saya ini sebenernya agak "penakut" dengan cowok, risih gitu kalau harus berduaan ma temen/kenalan cowok, takut, takut jatuh cinta padanya. Wakakak. Ga ding! Saya nyari temen yg klop aja bisa berbulan-bulan, apalagi nyari jodoh dengan hati yang terluka gini, perlu waktu dan tenaga cuy, isi ulang air mata jugak. Hahah. dan sesungguhnya untuk menghindari peoples ngributi saya ngakon rabi, I will tell them about my tragic love story instead, gimana saya dengan bodohnya buang-buang waktu 9 tahun. Hvft!
Orang-orang biasanya akan "bersimpati" dan "menahan diri" supaya ga komentar ndedes atau yang cenderung mem-bully ke orang yang punya kisah tragis, baik itu kisah pribadinya atau kisah orang lain yang dia kenal. Yah setidaknya mereka "bersimpati" dan "menahan diri" di depan si "korban kisah tragis", kalau tetep ngomongin di belakang ya ga tau lagi dah.. 👀
Komentar yang ndedes (mendetail) atau yang cenderung mem-bully bisa dilakukan oleh orang yang dikenal dan tak dikenal. Saya agak bisa sebodo amat kalau yang komen orang tak dikenal, tapi saat yang komentar adalah orangtuamu sendiri, boy! That's gut-wrenching! Saya dan beberapa teman yang juga belum diketemukan dengan sang jodoh, merasakan bahwa semakin kami bertambah umur (atau berkurang?), jadi makin sering menghadapi komen-komen kapan nikah yang "sadis" maupun yang pitiful..
|
My sister, my spy.. xD
|
We know that our parents only wants the best for our sake. We love them and we know they love us even more, unconditionally. But please, build us, do not break us. Protect us from the hates, the fears, and the sadness within ourselves. We want to seek peace, you're our last refuge in this cruel world.
Sesadis-sadisnya orang lain nge-judgje, saya jauh lebih sadis saat nge-judge diri sendiri, that's self-loathing tho. I am the worst judge of myself. Makanya daripada commenting people, mending do'ain aja, do'a yang baik dan tanpa sepengetahuan yang dido'akan pasti balik ke yang mendo'akan kok. Inget-inget ini aja yak,
|
Sumber : yufidia.com
|
In conclusion,
hati-hati deh kalau ngomenin orang, you do not know in what state she/he currently is, kan ga lucu kalau kamu salah komen ke orang, tapi dianya lagi bete, trus marah dan ga terima, mending nek gur dijak gelut, lha nek njuk kowe diwafatkan kepiye, apakah sudah siap? 🙈 Yuk biasakan, jangan dzalim ke sesama makhluk bernyawa. Cemungudh!
PS : Bersambung, kalau ga lupa. Wahaha